Internet “Menyelamatkan” Mahasiswa.

Dengan fungsi internet yang amat powerful. Kini, (rasanya) hal sesulit apapun bisa kita kerjakan. Khusus bagi seorang mahasiswa seperti saya, bahkan tugas kuliah yang njelimet sekalipun, internet tetap bisa “mengerjakannya”.

Tantangan perkuliahan kian hari makin berat. Layaknya pohon yang makin tinggi, makin keras didera angin. Makin tinggi tingkatan kuliah, semakin ‘mencekik’ pula tingkat kesulitan tugas yang diberikan dosen. Jika pada semester satu dan dua, tugas kuliah (cukup) hanya 1-2 makalah per minggunya. Kini di semester tiga dan empat, dst, seringkali penugasan kuliah,seperti makalah, (bahkan) mampu melebihi jumlah mata kuliah yang diambil.

Maka dari itu, tantangan penugasan yang makin berat tersebut harus mampu disiasati pula oleh mahasiswa dengan strategi yang taktis pula. Salah satunya adalah dengan menggunakan ‘alat bantu’ yang tepat pula untuk mencari referensi penugasan. Terutama untuk penugasan kuliah seperti makalah, artikel dan essay kehadiran referensi yang akurat dan valid amat mutlak diperlukan. Mungkin tidak cukup akurat dan valid, aspek efektifitas dan kepraktisannya pun patut dipertimbangkan.

Dahulu…

Menurut beberapa cerita dari mahasiswa lama (angkatan baheula). Dahulu untuk mencari referensi tugas perkuliahan bukanlah hal yang simpel. Karena, referensi yang ada amat bergantung pada posisi perpustakaan. Referensi tersebut dapat ditemukan pada deretan buku-buku yang amat berjubel. Nah, sekedar mencarinya saja membutuhkan energi yang tidak sedikit. Selain itu, saat ditemukan pun referensi (baca: buku) tersebut belum tentu memuat materi yang kita harapkan. Intinya kerja mencari referensi tidaklah ringan, tanpa ada jaminan kita akan menemukan apa yang kita harapkan.

Kini…

Amat sah rasanya, bila internet adalah Gutenbergian tahap kedua. Jika lima abad lalu penemuan mesin cetak oleh Gutenberg mampu “merubah” dunia. Internet juga mampu melakukan hal yang sama. Internet menumbuhkan kultur baru, kultur yang mendefinisikan kembali ‘dunia’. Karena, ternyata kita tidak hidup di dunia yang tunggal, ada dunia lain di sana yang sering kita sebut ‘dunia maya’.

Nah, internet pula yang mampu merubah paradigma pembelajaran, pada pengerjaan tugas kuliah khususnya pada pola pencarian referensi. Lewat internet, kini referensi yang kita inginkan bisa didapatkan dengan mudah dan cepat. Cukup mengetik beberapa kata kunci dan menekan tombol ENTER.  Simsalabim….! Muncullah puluhan, ratusan, bahkan ribuan link yang bisa kita gunakan. Simpel kan?

Harus dikunjungi…

Tentu tidak semua link atau situs bisa dipercaya menjadi referensi. Ada yang tingkat kepercayaannya amat tinggi, sebaliknya ada pula yang jangan dipercaya sama sekali. Nah, di sini saya juga akan berbagai beberapa situs yang cukup bisa diandalkan untuk menjadi bahan referensi.

Pertama, tentu tidak akan perdebatan mengenai posisi Google. Dalam beberapa forum atau milis, saking hebatnya Google, dia sering diistilahkan dengan nama Jenderal Google, Mbah Google, dsb, yang amat menunjukkan sikap penghormatan. Sebagai sebuah search engine, Google amat powerful dalam membantu kita menemukan berbagai referensi. Saya mengibaratkan, andaikan internet adalah sebuah labirin raksasa, yang tentunya amat membingungkan. Maka, Google adalah penunjuk jalannya. Google menunjukkan dengan senang hati saat kita bertanya kepadanya tentang sebuah arah, kemanapun arah itu, sangat luar biasa…

Kedua, Wikipedia. Saya memperkirakan Wikipedia saat ini adalah ensiklopedia terbesar di dunia. Karena hingga saat ini ada lebih dari 10 juta artikel dengan 253 bahasa yang menyusunnya. Kuantitas ini, bahkan jauh melebihi ensiklopedia komersial sekalipun,  semisal Encarta (milik Microsoft) dan Britannica. Memang ada sedikit kekhawatiran tentang validitas artikelnya, karena proses kontribusi artikelnya pun amat bebas, ‘siapapun’ dapat dengan bebas menambahkan dan mengeditnya. Namun, kekhawatiran tersebut sedikit dapat diklarifikasi lewat prosedur penulisan dan editingnya yang cukup ketat. Jadi, diyakini validitas Wikipedia pun tetap dapat dipertanggungjawabkan. Bahkan, pengalaman saya pribadi pun, dalam beberapa sesi perkuliahan, ada dosen-dosen tertentu yang cukup fanatik pernah menggunakan Wikipedia.

Ketiga, kehadiran media massa online. Dalam kasus ini, saya akan membagi dua jenis media massa online, yaitu media online dan ‘lini’ media online. Yang saya maksudkan sebagai media online adalah media yang pure mengkhususkan diri pada pemberitaan di dunia maya dan tidak memiliki versi media cetak, contohnya saja OkeZone dan Detik. Sedang, yang dimaksudkan dengan ‘lini’ media online adalah media cetak yang melebarkan sayap industrinya dari media cetak ke media online, Republika dan Jawa Pos misalnya.

Sebenarnya secara substansi tak ada perbedaan mencolok dari kedua media online ini. Perbedaan yang cukup mencolok terjadi di tingkat pembaharuan (update) beritanya. Media online (sangat) cepat dalam mengupdate beritanya, bahkan dalam hitungan detik berita bisa berubah. Sedang, ‘lini’ media online cenderung meng-kopi paste versi media cetaknya, sehingga update-pun baru bisa dilakukan dalam hitungan hari.

Dengan keadaan referensi online seperti yang saya sebutkan di atas. Saya yakin, suatu saat nanti bahkan fungsi kliping tidak diperlukan lagi. Kliping model lama dengan memotong dan menyimpan berita atau artikel tertentu yang menarik, kini dapat tergantikan ‘hanya’ dengan searching topic tersebut di internet. Hasil searching yang kita dapat bisa langsung digunakan.

Inilah teknologi, kawan. Teknologi (pasti) merubah hidup kita, dengan atau tanpa kita sadari. Hingga tanpa kita sadari, kita sebagai mahasiswa pun “diselamatkan” oleh teknologi. Benarkah itu?

16 thoughts on “Internet “Menyelamatkan” Mahasiswa.

  1. Internet menurutku lebih membantu negara miskin daripada negara kaya. Andaikan gak ada internet, susah untuk cari informasi dunia di Indonesia. Tapi kalo di negara maju, mereka mampu membeli buku dan alat penyebar informasi lainnya dengan jumlah yang besar.
    Seperti yang Thomas Friedman bilang, teknologi dan globalisasi membuat “a level playing field.” Sekarang orang dari negara miskin (seharusnya) bisa bersaing dengan orang dari negara maju.

  2. dosen fanatik sama wikipedia? setau saya, malah pada parno. malah menganjurkan untuk menghindarinya.

    kata beliau2 “kalao bs jgn ambil wiki..

    hoho, tiap dosen emang berbeda.. tunggu aja nanti lihat siapa dosen yang suka pake wiki

  3. @ dino
    sebenrnya, negara miskin juga kesulitan untuk akses internet. karena harga software, installer OS, kayak windows juga sangat mahal. meskipun ada yg gratisan seperti Linux, tapi masih belum familiar.
    beruntung di Indonesia banyak rental bajakan, jadi bisa dapet yg murahan, meskipun illegal. he2x….

    e-learning dan software bajakan

    @ zulfi
    internet bisa ‘menyelamatkan’ mahasiswa. tapi juga harus diwaspadai, karena bisa bikin malas baca buku (sekedar bergantung pada internet). seharusnya, baca buku oke, internet juga oke!!

    internet : bikin malas baca buku??

    Terimakasih buat masukannya…

  4. Yup. Setuju. Internet memang sangat membantu. Aq di Ilkomp aja jarang banget bli buku waktu kuliah. Banyakan download artikel2 ato ebook dari internet. Hemat banget. Klo ada tugas bikin program, dengan bantuan mbah google script coding pun bisa didapatkan. He3. Editing aja klo dapet yng sesuai.

  5. Kalau untuk penulisan makalah kedokteran, pemilihan situs yang dapat dipercaya benar-benar harus diperhatikan lebih ketat lagi. Sebagai contoh, situs seperti Wikipedia dan portal-portal berita macam Astaga dan Okezone tidak layak dicantumkan sebagai sumber refernsi…

  6. haha..
    si zulfi..

    internet menyelamatkan?
    bisa juga jadi menjerumuskan..
    Dota menjerumuskan, kalo ga dikontrol
    RF-Online menjerumuskan, kalo ga di rem..
    xxx menjerumuskan, kalo ga punya iman..
    ayo zulfi.. bahas juga jelek2nya..
    hoho..

    Iya,iya,internet jg pny sisi negatif. Namanya jg buatan manusia,tntu ada sisi positif-negatifnya. Org ciptaan Allah aja ada yg dgunakn utk hal2 ga bener.
    Oke,masukan yg baik tuh. Mgkn lain waktu aku pgn mbuat posting berjudul INTERNET MENJERUMUSKAN MAHASISWA.hehe

  7. Tentang Wikipedia, kalo kita klik link yang zulfi kasih, saya berkesimpulan sayang sekali, dalam dunia science, Wikipedia tidak boleh dipakai lagi sebagai sumber penulisan. Wikipedia mungkin OK jika dipakai sebagai bahan bacaan, tapi tidak bisa dipakai sebagai referensi…(loh,jadi bingung^_*). Saya pribadi sering diperingatkan oleh para dosen (kebetulan sy di Titech) ketika menulis report dengan sumber wikipedia. Solusinya akhirnya saya tetap kembali ke referensi perpustakaan.Tapi karena sudah tersedia katalog+search engine digital, tak ada kesulitan berarti.
    Kedua, tentang Media massa OL. Kehadiran media ini sangat berarti buat orang2 yang tidak berada di tanah air, dimana ngga mungkin langganan koran atau nonton liputan 6 tiap sore. Media yang banyak dipakai WNI di negara asing adalah Detik, atau Liputan 6,yang cukup cepat updatenya, dan “lumayan” objektif beritanya.

    Betul sekali Zul, report2 saya terselamatkan berkat Oom Google, Wikipedia, tapi sayangnya untuk “beberapa” mahasiswa, kehadiran internet dan kemudahannya justru menjebak mereka pada praktek kejahatan intelektual yng dinamakan “copy-paste”

    Gomennasai,Ganbatte Kudasai!!!!

    Emm…. begitu ya? makasih buat masukannya ttg wikipedia itu..

  8. benar pak. semua akan terasa mudah dan lebih sempit. tinggal berselancar di www, kita bisa dapatkan semua. tapi jangan sampe gunakan ini tuk mendapatkan titel “master of copy paste”.

  9. Paman Google dan Tante Wikipedia memang bener2 bermanfaat untuk pengguna internet..
    Cuma kalau untuk cari bahan bener kata temen2 di atas. Coba kalo dosennya juga kebetulan buka googliwiki ….
    Nilai C maksimal sangat mungkin di tangan…

    Untungnya dosen2ku hanya beberapa… :))

    Kalo masalah e-learning…kayaknya situs semacam W3Schools.Org bisa jadi referensi andalan untuk web developer…!

    Kenapa nggak ada yang lirik youtube ya?
    banyak ilmunya lho…
    aneh sampai sempet diblokir kemaren.

  10. internet tidak hanya membantu mahasiswa, tapi juga membantu kalangan profesional maupun praktisi.

  11. bener sech,kehadiran internet, sangat membantu.apalagi waktu bikin lap praktikum tu..soalnya susah cari buku referensi ttg bidangku (dietition), kan g mungkin jg hrs beli buku,,mahal. gitu jg klo mo cari tentang artikel /jurnal medic,,skrg dah byk fasilitasnya.. kan buku kedokteran mahal2.he…
    tp g slamanya internet itu bakal menyelamatkan. ibarat manusia berkepribadian ganda, tergantung diri kita, mampukah menjaga diri…
    bisa jadi internet bisa menjadi sesuatu yang mbawa kita ke jurang kesesatan…
    pinter-pinter kita aja…

    anak kedokteran ya? hehe, saya juga pernah ketemu anak kedokteran waktu beli buku di Shopping, Yogya. Waktu itu saya ngeluarin duit 200ribu buat beli diktat kuliah aja udah berat banget, eh ternyta buku2nya anak kedokteran yg harganya segitu aja udah kehitung murah…

  12. kalo ditanya apakah internet menyelamatkan saia seabagai seorang mahasiswa yg dijejali tugas…jawaban saia mutlak…iya bgt!!!
    makanya klo bole internet itu slalu bisa diakses dimana saja…
    tapi ternyata ga gitu jg dgn temen2 yg di bali…
    perasaan ingin berkompetisi dalam bidang akademik di sini agak kurang menurut saia…
    yg lebih penting tu gaul…

    heran de…
    pdahal kampus mereka uda nyediain hotspot…
    rata2 anak2 bali jg uda pada punya laptop…
    tapi mreka jarang dan bahkan ga pernah hotspotan di kampusnya…
    mereka lebih pilih ke warnet seminggu sekali…itupun cumabuat check FS..
    alasan beberapa temen2 yg saia tanyain…
    “malu tau ke kampus nenteng laptop… lagian juga ga da yg hotspotan…”
    akhirnya saia cuma bisa bertanya dalam hati….trs buat apa bli laptop???

    tapi mreka juga ga mungkirin sih kalo kcanggihan internet tu memang mahadahsyat dalam membantu mereka menyelesaikan tugas….
    tapi sayangnya…banyak dosen (bali) yg ga terlalu perduli dgn sumber referensinya…
    jd mereka seenaknya copy paste…

    tapi buat saia sendiri…
    internet tu mang ga da matinya…
    dialah penyelamat ketika UAS dgn makalah 20 hal dan diare yg menerjang…walaupun nilainya juga jd do re mi sih…
    tp seenggaknya saia dpt menyelesaikan tugas itu…

    smangat nulis ya pak…

  13. iya je..
    aku kmaren nyari service center printer gak tanya ke orang…. malah tanya ke mbah google…. ehhhh…langsung ketemu… gak usah ribet ribet

  14. sepertinya semua komen diatas (yg mewakili pengguna internet) sepakat kalo internet bikin tugas lebih gampang dan bikin hidup lebih hidup…
    “menyelamatkan” tidak hanya ketika butuh referensi tugas kuliah, tapi juga refreshing pas stress. tampilan di internet yang jauh lebih menarik daripada buku2, serta kemudahan akses informasi membuat internet kini menjadi pilihan instan dan utama pencarian informasi.

    lalu bagaimana nasib perpustakaan buku kita?
    masih menarikkah untuk dikunjungi?

    Menurutku Perpus tentu msh signifikan,Po. Mengingat dlm kasus bbrp institusi pendidikan yg tdk mengijinkan penggunaan referensi online.

  15. Yupp,,, sepakat banget, Zul.

    Dalam perannya sebagai media mencari referensi, internet emang menyelamatkan Mahasiswa, yang mahasibuk, dan mahatugas (he, maksa).

    Internet bikin mahasiswa yang mahangirit jadi hemat,
    bikin mahasiswa yang maharapat (??) jadi bisa bikin tugas se-maksimal mungkin.

    pokoknya internet siplah,,

    Tapi dengan kemudahannya itu,, moga nga buat mahasiswa jadi terlena,,
    pernah nih denger cerita seorang asisten lab yang ngoreksi laporan praktikum s’orang mahasiswa,, yang asal comot alias copy paste banget tanpa di-edit waktu bikin laporan, sampe lupa ngedit fornt hurufnya pula…
    (haduff, kalo yang itu memang mahasiswanya yang parah)

    hmm,,kalo mungkin kata zulfi ada dosen-dosen yang fanatik dengan wikipedia, di tempatku malah kebanyakan dosennya antipati..
    “boleh cari referesi di internet, tapi bukan artikel, dan bukan dari wikipedia”

    Ada juga niy dosen yang tau betapa mudahnya cari referensi lewat dunia maya, maka beliau kasi tugas “menulis text …. sebanyak 500 kali dengan tulisan tangan pula” untuk mahasiswa yang kurang absent-nya.
    (Nah loo..)

    Hm, whatever,,internet memang bisa menyelamatkan mahasiswa (terutama tugas2nya) banget.
    Asal dimanfaatkan dengan penuh tanggungjawab,,
    Ilmunya juga masuk, bukan hanya tugas yang masuk di meja dosen,

    dan juga bukan sekedar “Horeeee..TuGasku daH SeleSaiiii….!!”

    Ya itulah positif-negatif internet buat mahasiswa, kyk pisau punya dua sisi gitu. Dibilang bagus ya bagus, tapi dibilang jelek pun juga beralasan,, habis mau digimanain lagi? wong skg begitu banyak mahasiswa yang hanya kopi-paste dari internet…. hiks.. hiks..

  16. Saya yakin, suatu saat nanti bahkan fungsi kliping tidak diperlukan lagi.

    atau jadi Kliping Online, jaga2 kalau halaman web-nya “menghilang”, dan lagi pula “sedikit sekali” yg relevan sesuai kebutuhan.. he.. he.. just my 2 cent

Leave a reply to Danank Cancel reply